26 Juli 2019

Sakinah Mawaddah wa Rahmah

Setiap kita datang ke pernikahan, menghadiri sebuah undangan perkawinan, selalu terucap doa yang tiada pernah tertinggal, yakni "Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah". Apa sesungguhnya makna sakinah mawaddah wa rahmah?
Tampaknya kita harus paham betul dan memaknainya hingga mendalam supaya tak sambil lalu hanya kita ucapkan dan kita amin amin kan saja dari satu perhelatan pernikahan ke pernikahan lainnya.

Sakinah mawaddah wa rahmah dimulai sejak dari sebelum akad diucap. Kala dimulai khitbah, lamaran, dan serangkaian kegiatan menuju sebuah pernikahan.
Terwujud dalam upaya menjaga diri dari fitnah atas hubungan yang belum sah, menjaga kesucian diri, kehormatan diri, dan menjaga sikap.
Hingga akad diucap dan sah menjadi suami istri, sakinah mawaddah wa rahmah terwujud dalam upaya menjaga, karena suami istri bagaikan pakaian untuk satu sama lain.

Di era digital dan media sosial saat ini, sakinah mawaddah wa rahmah salah satunya diwujudkan dalam menahan diri mempublikasikan foto2 atau cerita tentang internal rumah tangga yang "bersifat rahasia". Makna rahasia di sini bukan hanya menjaga aib atau keburukan pasangan saja, bahkan dalam menyebarkan hal baik dan bahagia pun ada adabnya. Jangan sampai foto malam pertama justru diumbar-umbar atau tidak bisa menahan diri dalam menceritakan pengalaman malam pertama, baik secara lisan, tulisan, foto, story, dll. Jika ditanya apakah ada yang begitu, tentu saja ada (semoga kita bukan bagian dari yang melakukannya). Tak sekali dua kali saya dibuat risih dengan postingan entah siapa saya tidak kenal karena mendapatinya di bagian Search, yang mengumbar kemesraan suami istri, berdalih itu adalah kemesraan halal. Bhaique. Dengan caption-caption seperti "Sisa tadi malam" (anda tau sendiri maksudnya). Atau tidak sekali dua kali saya dengar kisah dari rekan yang risih teman sekantornya yang pengantin baru mengumbar kisahnya semalam dengan mengatakan "aduh... Keramas sampe capek" (anda tau sendiri maksudnya). Baiklah... Anggap kita sudah cukup dewasa untuk membicarakan hal ini. Pernikahan bukan cuma tentang itu, more than just that, there is a lot of thing. Jadi jika kita memang cukup berpendidikan ditandai dengan pernah sekolah, maka mari bersikap sebagaimana orang terdidik.

Marwah rumah tangga adalah hal yang harus dijaga. Mengumbarnya ke khalayak umum, bukan menjadi hal yang patut dibanggakan dan disanjung-sanjung. Tampaknya budaya kita dewasa ini semakin jauh melenceng. Pengantin baru yang sedikit berkisah mesra di media sosial dianggap tidak romantis dan tidak harmonis, sedangkan yang banyak mengumbar umbar kemesraan berlebihan justru dipuja puji.

Pernikahan adalah hal yang sangat istimewa dan sakral, di sisi lain itu juga hal yang biasa dan begitu-begitu saja, semua orang tanpa memandang status sosial, harta, dan tahta juga punya kesempatan yang sama untuk dapat
menikah, sama saja. Maka yang menjadi tantangan adalah bagaimana keterampilan dan kemampuan kita mengolah atau meramu sesuatu yang istimewa sekaligus juga merupakan hal yang biasa. Yakni dengan cara menjalankan seluruh proses pernikahan dengan penuh hati-hati dan sakral, agar keistimewaan itu tetap terasa dan tak hambar, sekaligus kita menyebarluaskan beritanya dengan tetap tenang dan santun, tidak menggebu berlebihan seolah di dunia ini hanyalah kita seorang yang mengalami hal tsb.

Tulisan ini benar-benar sebagai refleksi diri saya sendiri, barangkali pernah jari, mulut, atau diri ini  berlaku demikian dan membuat orang lain tak nyaman. Tak ada secuil upaya dan usaha untuk menyindir siapapun, saya bukan ahli sindir menyindir, wong Malang bilang "lek gak seneng ngomong ae". Hmm. Tulisan ini benar-benar untuk refleksi sekaligus keprihatinan atas ketidaktahuan saya akan makna luas dari sakinah mawadah warahmah tersebut. Smg Allah memaafkan segala kesalahan saya dalam hal ini.