22 Januari 2013

Leher langit.


Jika kau pernah dengar kaki langit, maka kau juga harus dengar leher langit
Kaki langit ada di ujung lautan
Ada di ujung padang rumput nan lengang
Namun, dimana kau bisa temukan leher langit?
Apakah benar langit adalah tubuh, yang punya kaki-lutut-perut-leher-dan kepala?

Langkahkan kakimu sedikit kuat, berat menaiki beberapa anak tangga
Ketika sampai di lantai tiga, duduklah di depan jendela
Pandanglah apa yang didepanmu
Warna blur antara biru muda dan putihnya, itulah leher langit
Rupanya langit sedang menelan kacang
Terlihat lehernya bergerak-gerak cukup membuatku takjub dan tergoda

Leher langit, mustahil tapi ini nyata.
Sayang jika kau tak disini ikut melihatnya.

(lantai 3 rumah sakit wava husada-22 januari 2013-menunggu ibuku yang sedang dalam masa penyembuhannya-get well soon mom)

3 Januari 2013

NOL kepedulian sosial

Siapa bilang orang merokok itu solidaritas nya tinggi? dengan alasan karena mereka akan saling membagi rokok dengan cuma-cuma pada sesama perokok? dengan dalih saling meminjami korek adalah cermin dari solidaritas tinggi? ARGUMEN JONGKOK! mereka solid dengan sesama perokok tapi merugikan yang non-perokok. bandel banget ya emang, tema ini udah jadul lho sebenarnya, tapi serasa masih hot topic.dan kali ini aku punya sebuah cerita tentang perokok, yang membuktikan bahwa mereka bukanlah manusia dengan solidaritas tinggi.

sore itu disebuah angkutan umum Kota Malang, yang kecil, sesak, dan pengap, bertepatan saat itu hujan turun cukup deras. Jendela kaca angkutan ini pun sengaja ditutup agar air hujan tidak masuk. kali ini aku duduk di bangku belakang tepatnya paling pojok didekat jendela.
Rasa gerah didalam angkutan ini benar-benar terasa, walau diluar sana hujan namun karena sesaknya angkutan ini dan keadaan jendela yang ditutup rapat, aku benar-benar merasa pengap kekurangan oksigen. bayangkan mobil angkutan sekecil ini ditumpangi oleh banyak orang namun tanpa ada pertukaran udara yang baik. walhasil, kita seolah berebut oksigen disini.
dan masuklah seorang pria dengan temannya yang terlihat cukup basah karena hujan, sembari mengibas-kibaskan bajunya yang basah dia mulai duduk di bangku depanku. rupanya dia membawa rokok sejak dari luar sana, dan entah kenapa dia tak jua mematikan rokok berasap itu ketika masuk kedalam angkutan ini.
aku yang cukup terganggu dengan asap rokok inipun mulai berinisiatif untuk membuat batuk bohongan yang sengaja kujadikan berlebihan, kuharap agar Bapak si perokok ini akan merasa tersindir dengan batukku dan mematikan rokoknya.
akupun membuat batuk yang pertama, namun bapak ini masih tak tersindir. dia tetap saja mengihisap batang rokoknya.
batuk yang kedua ku keluarkan, sampai batuk kelima kuranglebih, bapak ini masih tetep stay cool dengan rokoknya, kali ini dia malah terlihat asyik, terlihat dari posisi duduknya yang nyaman dan tak terlihat ada beban sedikitpun.
akupun mulai jengkel, disini itu banyak sekali orang, angkutan ini sudah cukup pengap sebelum datangnya bapak ini bersama rokok sialannya itu. dan lebih parahnya disini ada anak bayi yang masih dalam gendongan, dia terus menangis mungkin karena memiliki keluhan yang sama dengan semua penumpang yang ada disini yaitu "gerah".
suasana kacau! aku penat! pengap! dan bapak ini gak sadar sadar, emosiku memuncak.
"Pak permisi, bisa tolong dimatikan rokoknya." aku langsung nerocos karena hati ini sudah dongkol dan tak kuasa menahan, kalau masih dipaksakan untuk nahan bisa meledak.
"Lho, kenapa mbak?" dengan enteng tak merasa bersalah dia malah bertanya.
sebenarnya aku ingin membantu nya membuka mata, mungkin dia kesulitan melihat keadaan dan orang disekelilingnya yang tersiksa dengan kelakukan rokok nya itu!
"Pak, mohon maaf ya, ini sudah pengap, kita semua sesak pak, itu juga kasian ada anak bayi. Saya coba tahan e kok ya nggak kuat akhirnya" sedikit jutek kali ini kalimatku, namun kuusahan agar tetap sopan walau aku harus bicara dengan orang yang menurutku "TIDAK SOPAN".
"Iya pak saya juga nahan dari tadi, sesek" seorang ibu disampingku berargumen juga.
"iya nih" mbak mbak yang ada di samping bapak itu, juga bicara.
dengan muka jengkel bersungut, bapak ini pun akhirnya menekan ujung rokoknya yang menyala, ke lantai angkutan umum, kemudian binasalah si laknat rokok itu.
aku tersenyum simpul, kemudian bersorak dalam hati "yes, menang", cukup puas melihatnya menggerutu tak terima, yang akhirnya mematikan juga rokok itu.


benar-benar suatu pelajaran besar untuk kita semua. cobalah jangan terfokus pada dirimu melulu, hidup ini tak berkutat pada kamu dan apa keinginanmu. sesekali cobalah tengok sekelilingmu, dan katakan "aku peduli dengan lingkunganku". maka lingkunganmu akan ikut peduli pula padamu, kemudian membantumu mencapai apa yang menjadi keinginanmu. dua keuntungan sekaligus akan didapat jika menjadi seorang yang peduli akan lingkungan, yang pertama tentu saja dapat membantu sesama, dan yang kedua sebagai bonus dari sikap baik kita adalah mendapatkan apa yang kita inginkan.
sip! mulai sekarang, matikanlah rokok anda, kebaikan untuk anda dan lingkungan anda!:D
merokoklah di dalam kamar mandi, hirup sendiri asapnya, dan mati sendirian disana, kalo mau mati hangus jangan ajak-ajak ya plis.