22 Juli 2020

Anakmu bukanlah Anakmu



Anakmu bukanlah anakmu
Mereka putera-puteri Kehidupan yang rindu kehidupan itu sendiri
Mereka datang melaluimu namun bukan darimu
Dan meski mereka bersamamu namun mereka bukan milikmu
Kau boleh memberi mereka cinta tapi bukan pikiranmu
Sebab mereka punya pikiran sendiri
Kau bisa memberi tempat bagi raga tapi tidak bagi jiwa mereka
Sebab jiwa mereka hidup di rumah esok yang takkan mampu kau singgahi sekalipun dalam mimpi
Kau boleh berikhtiar untuk menjadi diri mereka namun jangan pernah berupaya menjadikan mereka seperti dirimu
Sebab hidup tak berjalan mundur ataupun teronggok di masa silam
Kau adalah busur yang melesatkan anak-anakmu, sebagai anak panah kehidupan yang meluncur ke masa depan
Lengkung busur itu mencari tanda di atas jalan lurus yang tak berujung, dan Dia melengkungkanmu dengan dayaNya agar panah-panahNya melesat cepat dan jauh
Berlengkunglah dengan riang bersama lengan busur itu
Sebab Dia bukan hanya mencintai anak panah yang melesat, tapi juga sang busur yang diam


Petikan prosa Kahlil Gibran dalam buku The Prophet, diterjemahkan oleh Hamid Basyaib.

8 Juli 2020

Senja di Selat Sunda

Di atas kapal penyeberangan Bakauheni-Merak

Sore itu pendar matahari di selat sunda amat  romantisnya. Kami duduk bersebelahan dalam perahu yang baru lepas dari Bakauheni. Tak ada kata yang terucap, bibir kami terkatup rapat. Kami memang tak ingin menyampaikan apapun dalam bentuk kalimat, sebab diam ini saja sudah menggambarkan segalanya. Masih terbayang jelas dalam benak kami, kota yang baru saja kami singgahi di Lampung selatan tadi. Jalanannya yang sepi, hanya sesekali kendaraan berpapasan dengan kami, bukit-bukitnya yang dibelah oleh alat besar entah hendak dijadikan apa, dan toko-toko kecil beratap pendek yang berjajar rapi disepanjang perjalanan kami. Dari atas kapal ini kami masih melihat puncak gunung Rajabasa, yang sedari siang tadi berselimut awan seolah tak bergerak. Ada apa gerangan di sana, adakah rahasia yang tersembunyi. Penuh tanya benak ini, tapi kami masih diam. Bibir kami tetap terkatup rapat, kami tak ingin kata merusak imaji kami. Biarkan diam ini tetap mewakili segala tanya maupun kagum kami.

2 November 2019

Serang

Serang adalah rumah, entah yang keberapa, karena begitu banyaknya tempat singgah yang menjelma jadi istimewa. Aku kehabisan kata-kata, karena kuselipkan di mana-mana. Di bunderan Ciceri untuk menggambarkan lalu lalangnya. Di alun-alun kota hingga Pasar Lama untuk menggambarkan riuh rendahnya. Bahkan di jalan raya Serang-Pandeglang untuk menggambarkan padatnya truk antar kota. Semua indah. Tak untuk dilupakan tentu saja.

3 Mei 2020