28 Agustus 2014

Tarik nafas panjang

Kutarik nafas panjang
Tak coba untuk kuhembuskan
Ingin kumampatkan
Biar membeku.
Biar tak mudah lagi terasa hangat oleh temaram bohong bohongan.
Kemudian terasa gumpalan sampah bercampur riak hendak menyembur, memuntahkan segala keluh dan kecewa
Apalah daya Tuhan..
Aku kehilangan keberanianku berhembus.

27 Agustus 2014

Cukup aku, Jangan kalian!

Senin, 4 agustus 2014 (sedikit terlambat kuposting tulisan ini, sebab sebelumnya kusimpan saja di memo handphone)

Ini adalah awal bulan agustus yang semoga berfaedah untukku dan orang orang sekelilingku.
Alhamdulillahirabbilalamin, hari ini adalah hari pertamaku mengajar di sebuah sekolah sma islam yang dirintis orang tua ku dan teman temannya.
Sebenarnya, aku mengajar di sma tersebut hanya dalam waktu singkat, barang sebulan atau dua bulan saja, sebab hanya untuk menggantikan guru mata pelajaran yang tengah cuti melahirkan.
Namun.. hari ini adalah pengalaman berharga di usiaku yang ke 20 tahun. Mengenakan seragam keki berwarna kuning tua, kemudian memasangkan jilbab di kepalaku, mengendarai motor dan lima belas menit kemudian memasuki gerbang sebuah sekolah yang terbilang cukup sepi di hari senin pertama masuk sekolah setelah libur panjang lebaran.
Kutarik nafas panjang, berharap segala keberkahan dan kebaikan mengiringi setiap langkah langkah ini. Sebab ada hal yang lebih penting dan mulia dari sebuah pengalaman yang dikejar kejar jiwa muda, yaitu semangat perjuangan.

Tak lama, aku pun segera menemui seorang guru yang sudah lebih dulu datang di ruang kantor. Beliau tengah membersihkan ruangannya sendiri, sebab seperti yang telah ku sebutkan: ini adalah perjuangan, sehingga tak ada pejuang yang bermalas-malas. Pejuang tak boleh manja meminta tukang sapu membersihkan kantornya, sebab gajinya sendiri bulan lalu bahkan belum pula turun dan dapat dinikmati.
Setelah membantu membersihkan ruang guru, aku menemui murid-murid yang juga disibukkan di hari pertama masuk sekolah. Mereka menyapu ruang ruang kelas sembari bersenda gurau dengan rekan. Melebur rindu yang menggumpal setelah berminggu minggu tak bersua.

Segera setelah kelas-kelas bersih, para murid kelas 1 hingga kelas 3 pun diarahkan menuju ruangan yang paling besar, kemudian mereka mendapatkan wejangan wejangan mengenai kurikulum 2013 sebagai acuan terbaru, juga mengenai peraturan peraturan sekolah yang diperketat.
Sembari menyimak pula apa yang tengah disampaikan bapak guru yang saat itu menjadi rekan ku, aku memandangi satu persatu wajah murid murid itu, yang sejatinya usia mereka hanya selisih dua sampai tiga tahun lebih muda dariku.
Oh... mereka sungguh muda.. anak anak muda... aku juga pernah menjadi mereka, duduk diam diatas bangku bangku kayu yang kaku, kemudian mendengar petuah petuah guru yang dulu aku sebut kolot dan membosankan. Oh... mereka sungguh muda, bahkan aku masih ingat betul pernah menjadi remaja remaja berseragam abu abu putih seperti mereka, aku pernah menjadi seperti mereka yang merasa mulai dewasa dan paling benar. Ya.. beberapa tahun yang lalu aku adalah mereka, dan aku menyesali masa masa itu.

Kuamati lagi satu persatu murid murid itu, mereka cantik, mereka hitam, mereka pendek, tinggi, para gadis berjilbab, para lelaki berambut cepak, beberapa yang lain rambutnya panjang bergaya anak band. Menyedihkan... menyenangkan... kasihan...
Beberapa rasa tiba tiba serentak beradu dalam batinku, hingga tak mampu menciptakan mimik muka yang menarik di wajahku pagi itu.

Aku ingat betul.... justru karena aku ingat betul pernah menjadi manusia setengah setengah seperti mereka, justru karena aku tau betapa merugi membuang masa sma hanya dengan bermain main atau sibuk gengsi dan gaya belaka, justru itu aku tau.. aku terlalu tau hingga kini aku telah sadar.. betapa banyak kutumpahkan waktuku diperjalanan dengan sia sia, betapa aku pernah lama sekali mendholimi diriku sendiri... Karena itulah aku merasa cukup aku yang pernah begitu, jangan kalian.
Aku ingin kalian sadar, murid murid manisku.., bahwa percuma sibuk dengan kawan, lawan, suka palsu, main main, dan haha hihi mu itu... percuma.. sungguh lebih baik kau rintis masa depan dan kau bangun istana mimpimu, hingga saat dewasa yang sesungguhnya telah tiba.. kau tak merasa kosong, kau tak melompong.

Berhentilah menipu orang lain terlebih menipu dirimu, berhenti murid murid sayangku.. cukup aku... cukup aku sebagai gurumu kali ini, yang pernah merasa sia sia di masa lalu, jangan kalian./ Hamidah 08:18 pm