8 Februari 2013

Kabel charge dan baterai adalah Tuhan dan kekasihmu


Pernah melihat laptop? Kurasa semua akan serempak berkata iya.
Namun aku tak sedang ingin membahas IT, teknologi, komponen dan bagian-bagian benda itu secara mendetail, karena kebetulan aku bukan anak IT tapi mahasiswi komunikasi. 
Lebih baik aku berpuisi, bukankah itu lebih cocok untukku?
Aku sedang melihat tiga benda yang ada didepanku itu. dengan jeli.
Sebuah laptop, kabel charge, dan baterai laptop yang bisa dilepas.
Pasti sering melihatnya, namun mungkin kau tak memperdulikannya dengan rinci. Ada makna yang teramat hebat terkandung dalam tiga benda sederhana itu, yang kini untuk mendapatkan ketiga nya kau mungkin hanya perlu merogoh kocek satu setengah juta. Itu harga termurah, namun untuk mendapatkan yang bermerk buah berbekas gigitan, mungkin cukup dalam kau harus merogoh Sembilan atau dua belas juta. 
Beragam, harganya.
Kali ini juga bukan harga yang hendak ku jabarkan sebenarnya. 
Namun aku hanya ingin membuatmu melihat ketiga benda itu bukan sebagai benda, tapi melihat laptop itu sebagai dirimu. Melihat kabel charge itu sebagai Tuhan, dan melihat baterai itu sebagai kekasih yang sangat kau cintai saat ini.
Ketika kita hendak mati dalam keadaan low battery, lampu peringatan sudah menyala berkali-kali dan suara peringatan sudah berbunyi begitu riuh sehingga suasana menjadi genting. Apa yang biasanya kau lakukan? Meraih kabel charge? Ya! Kurasa itu dilakukan semua orang.
Namun kali ini ibaratkan kau sebagai latop dalam keadaan tak terpasang baterai. Apa yang akan kau lakukan ketika kau ingin menyalakan laptop atau membangkitkan dirimu? Meraih baterai yang kosong melompong atau meraih kabel charge yang akan dengan segera langsung menghubungkanmu dengan aliran listrik kemudian kau akan dapat nyala kembali?
Pikirkan sejenak.
Ya.mungkin kali ini jawabanku dan jawaban kalian akan sama. Yaitu mengambil kabel charge :)
Begitulah.
Ketika kita dalam keadaa terpuruk dan tersungkur begitu dalam, kekasih akan datang memberikan supply nasihat atau perlindungan yang mungkin “sejenak” akan membuat kita feel so good again. Tapi itu tak selamanya, kekasihmu adalah manusia, sama sepertimu. Mungkin ketika dia memelukmu kemudian meyakinkanmu dengan sungguh-sungguh if everythings gonna be okay, kau akan percaya. Tapi masih haruskah kau percaya jika dia sendiri yang rapuh, jika dia sendiri yang perlahan melepaskan pelukan dan berlari menjauh darimu?

Lain halnya dengan Tuhan. Lain sekali.
Kau boleh tersungkur, terjerembab, bahkan terdampar disuatu pulau tak berpenghuni sama sekali, atau mungkin berada di suatu planet tak beroksigen sekalipun, namun ketika Tuhan mengatakan KUN FAYAKUN, everything will really gonna be okay, really really gonna be okay. Mau dokter mengatakan kau akan mati dalam lima detik lagi, jika Tuhan tak menghendaki, maka lima puluh tahun kemudian pun kematian itu takkan bisa terjadi. 

Dan satu lagi yang harus kau sadari benar. 
Ketika kau sebagai laptop akan selalu membutuhkan kabel charge yang sebagai Tuhan, maka akuilah bahwa baterai sebagai kekasihmu itu juga membutuhkan kabel charge. Could it be strong or have power if battery haven’t supply with cable? Masih kah kau berfikir bahwa sebuah baterai akan berguna tanpa kekuatan yang diberikan kabel charge? Baterai hanya akan menjadi sampah tanpa kabel charge.
Karena kekasihmu sama, dia manusia, dan akan selalu dibawah kendali Tuhannya, sang pemberi kehidupan.

4 komentar:

  1. Bener juga ya, selama ini setiap hari selalu didepan laptop tapi nggak kepikiran sampai situ.
    Pengandaiannya bagus banget :)

    BalasHapus
  2. aku pernah nulis status gini, gantungkanlah hidupmu hanya dgn dirimu dan tuhanmu, bukan ke sesama manusia.. hihi..

    BalasHapus

Bagaimana menurut anda? What do you think?