Pernah melihat laptop? Kurasa semua akan serempak berkata iya.
Namun aku tak sedang ingin membahas IT, teknologi, komponen dan
bagian-bagian benda itu secara mendetail, karena kebetulan aku bukan anak IT
tapi mahasiswi komunikasi.
Lebih baik aku berpuisi, bukankah itu lebih cocok untukku?
Aku sedang melihat tiga benda yang ada didepanku itu. dengan jeli.
Sebuah laptop, kabel charge, dan baterai laptop yang bisa
dilepas.
Pasti sering melihatnya, namun mungkin kau tak memperdulikannya
dengan rinci. Ada makna yang teramat hebat terkandung dalam tiga benda
sederhana itu, yang kini untuk mendapatkan ketiga nya kau mungkin hanya perlu merogoh kocek
satu setengah juta. Itu harga termurah, namun untuk mendapatkan yang bermerk
buah berbekas gigitan, mungkin cukup dalam kau harus merogoh Sembilan atau dua
belas juta.
Beragam, harganya.
Kali ini juga bukan harga yang hendak ku jabarkan sebenarnya.
Namun aku hanya ingin membuatmu melihat ketiga benda
itu bukan sebagai benda, tapi melihat laptop itu sebagai dirimu. Melihat kabel
charge itu sebagai Tuhan, dan melihat baterai itu sebagai kekasih yang sangat
kau cintai saat ini.
Ketika kita hendak mati dalam keadaan low battery, lampu peringatan sudah menyala berkali-kali dan suara
peringatan sudah berbunyi begitu riuh sehingga suasana menjadi genting. Apa
yang biasanya kau lakukan? Meraih kabel charge? Ya! Kurasa itu dilakukan semua
orang.
Namun kali ini ibaratkan kau sebagai latop dalam keadaan tak
terpasang baterai. Apa yang akan kau lakukan ketika kau ingin menyalakan laptop
atau membangkitkan dirimu? Meraih baterai yang kosong melompong atau meraih
kabel charge yang akan dengan segera langsung menghubungkanmu dengan aliran
listrik kemudian kau akan dapat nyala kembali?
Pikirkan sejenak.
Ya.mungkin kali ini jawabanku dan jawaban
kalian akan sama. Yaitu mengambil kabel charge :)
Begitulah.
Ketika kita dalam keadaa terpuruk dan tersungkur begitu
dalam, kekasih akan datang memberikan supply
nasihat atau perlindungan yang mungkin “sejenak” akan membuat kita feel so good again. Tapi itu tak
selamanya, kekasihmu adalah manusia, sama sepertimu. Mungkin ketika dia
memelukmu kemudian meyakinkanmu dengan sungguh-sungguh if everythings
gonna be okay, kau akan percaya. Tapi masih haruskah kau percaya jika dia
sendiri yang rapuh, jika dia sendiri yang perlahan melepaskan pelukan dan
berlari menjauh darimu?
Lain halnya dengan Tuhan. Lain sekali.
Kau boleh tersungkur, terjerembab, bahkan terdampar disuatu
pulau tak berpenghuni sama sekali, atau mungkin berada di suatu planet tak beroksigen sekalipun, namun ketika Tuhan mengatakan KUN FAYAKUN, everything will really gonna be okay, really really gonna be okay. Mau
dokter mengatakan kau akan mati dalam lima detik lagi, jika Tuhan tak
menghendaki, maka lima puluh tahun kemudian pun kematian itu takkan bisa
terjadi.
Dan satu lagi yang harus kau sadari benar.
Ketika kau sebagai laptop akan selalu membutuhkan kabel
charge yang sebagai Tuhan, maka akuilah bahwa baterai sebagai kekasihmu itu
juga membutuhkan kabel charge. Could it
be strong or have power if battery haven’t supply with cable? Masih
kah kau berfikir bahwa sebuah baterai akan berguna tanpa kekuatan yang
diberikan kabel charge? Baterai hanya akan menjadi sampah tanpa kabel charge.
Karena kekasihmu sama, dia manusia, dan akan selalu dibawah
kendali Tuhannya, sang pemberi kehidupan.
Bener juga ya, selama ini setiap hari selalu didepan laptop tapi nggak kepikiran sampai situ.
BalasHapusPengandaiannya bagus banget :)
telimakasing...:D
Hapusaku pernah nulis status gini, gantungkanlah hidupmu hanya dgn dirimu dan tuhanmu, bukan ke sesama manusia.. hihi..
BalasHapuswow... itu jauh lebih super. super sekali :D
Hapus