18 Oktober 2019

Lupakan ini dan itu, sekaligus ani dan inu

Kita terbiasa mengambil keputusan karena kata si ini dan kata si itu, atau karena melihat si ani dan si inu.
Sebenarnya siapa sih ani dan inu? Orang lain? Bukan keluarga? Bukan inner circle?
Ini yang bahaya.
Kita memilih sebuah jurusan kuliah karena si ani terlihat keren di jurusan tersebut, makanya kita ngikut.
Kita ambil kerjaan beken di kota jauh, karena si inu terlihat oke di instagram dengan seragam kantornya.
Atau lebih lanjut kita buru-buru nikah karena si ini terlihat cantik dalam balutan baju akad.
Bahkan parahnya, kita terburu-buru pengen punya anak hanya karena melihat si itu yang nikah tidak lebih dulu dari kita sudah menimang momongan.

Padahal kita sejatinya belum siap. Belum siap kuliah di jurusan tsb, belum siap kerja di tempat tsb, belum siap menikah, belum siap sepenuhnya jadi orangtua yang baik. Kapan siapnya? Allah yang tau. Kita yang tau. Orang lain tidak. Jadi jangan dijadikan ukuran.

Kita punya ukuran masing-masing. Takaran kita beda-beda. Kalau sekali makan bisanya cuma sepiring ya jangan masak nasi banyak-banyak. Gak ke makan nanti. Bisa jadi muntah kalau maksa ditelan. Atau lebih-lebih nasinya basi kalau dibiarkan.

Santai saja. Allah Maha Tau yang terbaik. Kita tugasnya ikhtiar - berdoa - dan tawakkal. Bukan ikhtiar - lamat-lamat mengintip media sosial - mengutuki nasib kehidupan - lupa berdoa - dan sengaja memilih untuk tidak tawakkal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? What do you think?