Krisis yang dialami
oleh perusahaan Pabrik kertas koran yakni Bowater, berawal dari sebuah mobil
yang menabrak bagian belakang truk bermuatan bahan kimia. Kecelakaan tersebut
disebabkan asap tebal yang berasal dari Perusahaan Bowater dan menutupi jalan
raya. Kejadian ini dianggap sebagai bencana terburuk sepanjang sejarah
Tennesee, sebab menelan 12 korban jiwa dan lebih dari 50 orang terluka. Akibat
adanya peristiwa ini, pihak Bowater mengalami krisis, sebab polusi asapnya
diduga sebagai penyebab utama kecelakaan yang terjadi. Berbagai gugatan
dilayangkan ke pengadilan untuk menuntut perusahaan, sehingga menambah daftar
krisis yang menerpa.
Tidak lebih dari 72
jam setelah kecelakaan terjadi, Perusahaan Bowater menunjukkan tindakan yang
cepat yakni menunjukkan Astrid Sheil (PR Perusahaan Bowater) sebagai
satu-satunya spokesperson. Beberapa
tindakan yang diambil Bowater dan Sheil selaku PR perusahaan ini adalah:
a.
Segera menggelar konferensi pers untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan wartawan. Bentuk jawaban yang
diberikan oleh pihak Bowater merupakan informasi yang sangat dibutuhkan media.
b.
Sheil dengan cepat meneliti situasi yang
terjadi, mengantisipasi pertanyaan dari wartawan, dan juga memberikan jawaban
atas tuduhan yang diberikan.
c.
Sheil tetap memberikan pernyataan yang
konsisten, akurat, dan mendeskriditkan tuduhan yang tidak benar
dengan fakta-fakta.
d.
Sheil adalah memberikan kejelasan
informasi atas apa yang terjadi pada karyawan Bowater, untuk meyakinkan mereka
sehingga terjaga rasa percaya dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
e.
Bowater menghubungi PR bergengsi dari
New York untuk bersedia menjadi penasihat.
Sebenarnya langkah cepat
yang diambil oleh Bowater sudah baik, namun banyaknya gugatan yang dilimpahkan pada perusahaan membuat krisis
semakin kompleks. Bowater pun memilih untuk diam dan memberikan jawaban yang
intinya adalah “no comment”. Pada kenyataannya pihak Bowater ingin memberikan
informasi demi kejelasan keadaan yang dialami, tapi hal ini terhalang oleh
perintah pengadilan. Atas kejadian ini membuat banyak pihak curiga dan
menimbulkan ketidakpercayaan.
Beberapa kesalahan
yang dilakukan Bowater dan bisa dijadikan pelajaran adalah:
a.
Korban dari kejadian kecelakaan mulai
melakukan penuntutan, dan Bowater memilih diam dan ini bermakna “no comment”
b.
Bowater membuat langkah yang salah.
Seharusnya perusahaan ini memiliki crisis
plan sejak jauh-jauh hari munculnya isu, namun yang terjadi adalah Bowater
membuat planning sesaat setelah
krisis benar-benar muncul. Bagaimanapun, manajemen krisis adalah manajemen
reputasi dan merupakan sebuah usaha berkelanjutan yang tidak bisa instan.
c.
Sheil mengatakan bahwa
ada kegagalan Bowater dalam menjaga unsur kemanusiaan, hal
ini disebabkan perusahaan terlalu fokus pada penyelesaian krisis, hingga lupa
untuk mengatakan maaf atau belasungkawa terhadap keluarga
korban. Seperti yang dikatakan oleh Sheil, "Ada saat-saat kami
begitu sibuk sehingga kami lupa untuk mengatakan minta
maaf pada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai".
Mengapa
terjadi isu dan krisis?
Krisis tidak akan
terjadi apabila Bowater mengatasi isu potensial yang menimpa perusahaannya.
Berdasarkan artikel jurnal yang ditulis oleh Maggart (1994), sebenarnya Bowater
mengetahui bahwa perusahaannya telah menimbulkan asap tebal yang menganggu,
namun mereka tidak memprioritaskan isu potensial tersebut, sehingga yang
terjadi adalah sebuah krisis. Apabila pihak Bowater dapat memanajemen isu yang
potensial secara maksimal dengan melakukan strategi manajemen isu, kemungkinan
besar isu polusi asap tersebut dapat teratasi.
Peristiwa kecelakaan
yang terjadi akibat asap tebal yang berasal dari perusahaan Bowater telah
mengakibatkan kemarahan publik. Publik menuduh bahwa kecelakaan tersebut
diakibatkan oleh Bowater, tentu saja ini menyudutkan perusahaan ke titik krisis
karena tidak adanya dukungan publik.
Isu manajemen dan
recana krisis adalah bentuk antisipasi yang harus dimiliki tiap perusahaan, dan
ini tidak diterapkan dengan baik oleh Perusahaan Pabrik kertas koran, Bowater.
Seharusnya jauh-jauh hari ketika mereka mengetahui isu-isu potensial yang ada
di eksternal perusahaan, Bowater segera melakukan pengidentifikasian isu dan
menganalisis temuan. Setelah analisis dilakukan, maka perusahaan menentukan
strategi yang tepat dalam mengatasi isu-isu potensial yang sekiranya bisa
menimbulkan sebuah krisis.
Apa yang terjadi pada
perusahaan Bowater merupakan contoh krisis yang berawal dari adanya gap antara
harapan publik dengan aktivitas operasional perusahaan, sehingga apabila gap
ini semakin besar maka yang terjadi adalah isu berkembang luas. Gap terjadi
karena perusahaan tidak memenuhi ekspektasi publik terhadap aktifitas
organisasi. Publik menginginkan sebuah perusahaan yang baik dan mendatangkan
manfaat untuk mereka, tapi yang terjadi adalah perusahaan hanya berfokus pada
aktivitas pemenuhan target saja (profit).
Inilah kesalahan Perusahaan Bowater yang tidak menerapkan twins responsibility yakni selain berfokus mendapatkan profit
(mencapai keuntungan), juga harus mempertimbangkan public policy (memperhatikan
kepentingan masyarakat) (Kriyantono, 2012)
Regester dan Larkin
(2008, h. 54) menyatakan “Never Ignore the warning signs”, kalimat
tersebut sangat tepat untuk pelajaran yang dapat diambil dari kasus Perusahaan
Bowater ini. Akan berbeda hasilnya apabila pada awalnya Bowater dapat menangkap“warning
signal” dari publiknya dan dapat meredamnya. Sehingga kemungkinan
besar kecelakaan yang terjadi tidak akan menimbulkan sebuah krisis.
Menurut Wilbur Schramm
pada saat krisis terjadi ada beberapa permasalahan yang mencolok, yakni:
a.
Arus informasi mengalami peningkatan
luar biasa dari arus informasi “dari” maupun “ke” titik krisis tesebut. Pada
kasus Bowater, banyak pihak terutama media massa berusaha mencari informasi
selengkap-lengkapnya untuk disamapikan kepada publik. Sedangkan Bowater sendiri
juga mencari informasi sedetail mungkin untuk menanggulangi krisis yang
terjadi.
b.
Sistem komunikasi goncang-kehilangan
keseimbangan kemudian diikuti munculnya langkah-langkah pemulihan keseimbangan,
dan akhirnya pemulihan keseimbangan fungsi sistem pada tingkat keseimbangan
baru. Pada saat krisis terjadi Bowater memang mengalami kelabilan sistem
komunikasi karena banyaknya informasi yang keluar masuk. Saluran komunikasi
yang ada menjadi ramai dengan informasi yang tumpang-tindih kebenarannya.
Saluran komunikasi ke pusat pun terganggu karena tidak emngetahui informasi
yang pasti dari pihak Bowater.
c.
Kandungan emosi dalam komunikasi krisis
sangat mencolok. Faktor emosi akan sangat gampang di provokasi pada saat krisis
terjadi. Jika tidak diantisipasi kemungkinan besar gejolak fisik menjadi
akibatnya.
d.
Terjadinya “jalinan” antara jaringan
komunikasi antar pribadi dan komunikasi media. Masalah Bowater juga masalah
karyawannya. Tidak heran jika antara karyawan sendiri timbul desas-desus di
lingkungan mereka dan kemudian hal itu menjadi bahan pemberitaan media yang
kebenarannya belum tentu bisa di pertanggungjawabkan.
e.
Keterkaitan manusia pada media
komunikasi massa mengalami lonjakan besar untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan
akan informasi. Krisis Bowater sendiri menjadi bahan pemberitaan media massa
dan hal itu menjadi persuasif publik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
informasi tersebut mulai dari awal sampai akhir. Karena krisis sendiri memiliki
nilai daya jual informasi, sebab publik berusaha mendapatkan informasi tersebut
melalui media massa.
Tahapan Isu dan Krisis
Terdapat empat tahapan
isu yang disebut juga dengan Issue Life
Cycle (ILC) menurut Hainsworsth (1990) dan Meng (1992) dalam Kriyantono
(2012), yakni:
1. Tahap Origin
Pada tahap ini publik individu atau kelompok dapat mengutarakan opininya.
Mulai muncul kegelisahan karena sadar bahwa beberapa situasi dapat memicu
konflik. Oleh karena itu, pada tahap ini proses scanning dan identifikasi dini terhadap isu potensial sangat diperlukan.
Mulai muncul keluhan
oleh publik akibat asap dari perusahaan Bowater yang mengganggu lingkungan
sekitar. Pada faktanya isu potensial ini terkesan dibiarkan oleh pihak
perusahaan.
2. Tahap mediation dan amplification (imminent
stage atau emerging)
Tahap dimana isu telah berkembang dan mempunyai dukungan publik. Sudah
mulai ada tekanan-tekanan dari publik terhadap perusahaan. Perusahaan harusnya
sudah melakukan keterbukaan informasi dengan mulai memberikan
informasi-informasi yang aktual, berisi fakta, serta melakukan komunikasi dua
arah.
Pada tahap ini, terjadi
kecelakaan yang menyebabkan kematian dan korban luka-luka, namun Bowater tidak
menanggulangi isu dengan baik, karena selama ini tidak memiliki isu manajemen.
Sehingga yang terjadi adalah pihak Bowater gagal dalam meredam isu dan tidak
melakukan musyawarah dengan publik sebagai bentuk merekatkan gap yang mulai
membesar antara publik dengan Bowater.
3.
Tahap organization (current
stage dan critical stage):
Tahap Organization
adalah tahap dimana publik mulai mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan.
Pada tahap current stage, isu
berkembang menjadi lebih populer karena mulai diberitakan oleh media dan
masyarakat mulai merasakan telah terjadi konflik karena adanya pertarungan
wacana kepentingan.Pada tahap ini, banyak tudahan yang menyudutkan perusahaan, diperparah dengan keaadan Bowater
yang tidak bisa menunjukkan bukti atau file-file, sehingga muncullah krisis (critical stage)
4. Tahap resolution (dormant stage)
Perusahaan dapat mengatasi isu dengan baik. Pemberitaan media dan perhatian
masyarakat mulai menurun karena berjalannya waktu dan solusi dari perusahaan
atau pemerintah. Pada tahap ini, isu diasumsikan telah berakhir hingga sampai
ada seseorang yang memunculkan isu kembali.
Effect Licenced by the Society
Legalitas dari publik adalah
aspek penting agar sebuah perusahaan memiliki reputasi yang baik dimata
masyarakat, inilah yang disebut “effect licensed by the society”. Hubermas
menyatakan bahwa reputasi didapatkan apabila mendapatkan legitimasi dari
masyarakat yang berupa hak organisasi atau perusahaan agar tetap eksis, dengan
memiliki anggapan bahwa perusahaan memiliki kridibilitas. Kredibilitas disini
adalah bagaimana perusahaan dapat dipercaya dan berkompeten. Apabila telah
terpenuhi, maka perusahaan akan mendapatkan legalitas dari masyarakat.
Berdasarkan kasus
Bowater, effect licensed by the society sebenarnya sudah
didapatkannya. Hal ini terbukti selama 36 tahun perusahaan Bowater berhasil
menjadi salah satu perusahaan yang unggul. Menjadi perusahaan besar dan unggul
tentulah legitimasi telah diperoleh oleh perusahaan dengan anggapan bahwa
Bowater adalah perusahaan yang memiliki kredibilitas. Namun yang menjadi
masalah adalah perusahaan Bowater gagal dalam mempertahankan legitimasi yang diberikan
oleh masyarakat. Pertanyaan tersebut muncul lantaran masalah polusi kabut yang
ditimbulkan perusahaan dan tidak segera diatasi.
DAFTAR PUSTAKA:
·
Kriyantono, R. (2012). Public
Relations & Crisis Managemant: Pendekatan Critical Public Relations,
Etnografi Kritis, & Kualitatif. Jakarta: Prenadamedia.
·
Maggart, L. (1994). Bowater Incorporated
– A lesson in crisis communications. Public Relations
Quarterly, 39 (3), 29.
·
Regester, M. & Larkin, J.
(2008). Risk Issues and Crisis Management in Public Relations:
A Casebook of best
practice. London: Kogan Page.
·
Timur, Bintang Fajar. (2011). Media Relations Bagian Komunikasi Krisis. Diakses
dari m.kompasiana.com/post/read/337277/3/media-relations-bagian-komunikasi-krisis.html
Pada 9 Maret 2015 pukul 14:34.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana menurut anda? What do you think?