Kisah SMA, masa dimana jiwa seorang remaja sedang labil-labil nya. Masa konflik, brutal, ingin bebas, tak mau dikekang, namun juga tuntutan sekolah, belajar, cita-cita, masa depan, semua sedang bercampur menjadi satu.
Siapa yang kuat, dia akan mencapai cita nya. Dan siapa yang lemah dan kalah, dia hanya akan mencapai masa ter’bejat’nya.
SMA, selama ini hanya dipandang dari sisi hura-hura, foya-foya, sisi cinta, dan sisi hepinya yang seolah tidak berujung dan tak ada habisnya diceritakan. Padahal sebenarnya, banyak hal lain yang jauh lebih penting dibahas dan diceritakan dibanding dengan bahasan tentang cinta-cinta dan monyet-monyetnya itu.
Iya, memang benar jika masa SMA itu menyenangkan. Bukan berarti aku akan menyoroti bahwa SMA adalah masa yang buruk atau suram, tidak. Disinilah akan sedikit kuungkapkan, sisi dibalik dunia remaja yang sarat akan kebrutalan, kerusakan moral, kebejatan tingkah laku, hancurnya adat ketimuran, dan lunturnya rasa kekeluargaan.
Yang mereka percaya hanyalah teman, yang mereka panut adalah ajaran kawan. Yang mereka benci adalah musuh, dan yang mereka takuti adalah lawan. Sudah tak ada peran orang tua, hilang sudah peran keluarga. Tuhan dan kewajiban beragama menjadi yang nomor sekian, apalagi guru dan orang tua.
Sekolah, bukan lagi bermakna tempat untuk mencari ilmu, tapi tempat untuk mencari kawan, lawan, dan pacar. Mereka sekolah untuk bercanda, mereka sekolah untuk berkumpul dengan komplotannya. Sekolah bukan lagi bermakna tempat menuntut ilmu, tapi tempat untuk menuntut hak kebebasan. Mereka hanya pandai bergurau, mereka hanya handal terbahak. Sekolah seperti bukan tempat pencetak generasi penerus bangsa yang baik, namun dialih artikan sebagai tempat pencetak preman dengan skill merokok, minum dan berkelahi yang mumpuni.
Inikah generasi Indonesia yang selanjutnya? Dimana hati-hati mereka? Sudahkah mereka menyisihkan waktu sejenak disela gelak tawa mereka untuk mengingat Tuhan? Untuk mengingat orang tua yang tak pernah lelah mengingatnya, memikirkannya, dan bekerja untuk mereka?
Dimana Indonesia? Dimana nafas-nafas penerus Bangsa Indonesia yang kita idamkan, yang kita impikan, dan kita nantikan? Dimana pemuda indonesia? Mereka kah? Yang dengan seragam abu-abu putih mereka sedang bermain-main diwarung saat jam sekolah berlangsung. Yang sedang asyik dengan puntung-puntung rokok mereka. Sedang sibuk dengan merk-merk rokok mahalnya.
Mereka kah Indonesia? Yang tanpa rasa bersalah meninggalkan keluarganya hanya demi berkumpul dengan kumpulannya bak bebek sawah yang selalu diributkan dengan kekayaan, motor, mobil, pacar, merk tas, merk sepatu, minuman keras, dan tawuran. Mereka kah Indonesia? Yang brutal, yang rusak, yang kacau, liar, mengenaskan, dan tragis?
Pasti suatu saat mereka pernah berpikir. Mereka tak bangga menjadi diri mereka yang brutal, rusak, dan lain sebagainya. Pasti suatu waktu, mereka merasa.. jenuh dengan mereka yang hanya pembuat onar. Pasti sesekali, terlintas di benak mereka.. mungkin untuk melakukan kebajikan.. mungkin untuk melakukan perubahan
Mereka bilang, mereka ingin hidup yang lebih berwarna, yang tak monoton, dan tak itu-itu saja. Padahal bukan begitu kawan caranya mencari hidup berwarna dan tak monoton. Bukan dengan membebaskan diri dengan bebas sebebas-bebasnya yang tanpa kontrol. Jangan berpikiran sempit, karena dunia masih begitu luasnya. Mereka pikir dengan pergaulan yang penuh brutal tanpa aturan, mereka merasa nyaman dan akan menemukan nikmatnya kehidupan, karena tidak akan ada yang melarang, menasihati, dan memarahi mereka. Semua free, bahkan kawan-kawannya akan mendukung 100% apapun kebejatan yang mereka lakukan.
Tapi tidak, bukan itu makna hidup berwarna yang sesungguhnya. Kalian tidak tahu. Bukan itu juga yang dimaksud kawan sejati. Kalian pikir kawan sejati adalah kawan yang solid, yang selalu pro dengan segala apa yang kita lakukan. Musuh satu orang adalah musuh semuanya juga. Masalah satu orang adalah masalah semua juga. Bahkan tawuran satu orang, maka tawuranlah semuanya juga. Begitukah menurut kalian makna solidaritas?
Suatu saat kita akan sama-sama tahu. Iya, kalian tak salah jika masih berpikiran dangkal. Pantas jika kalian masih memiliki paradigma seperti itu. Tidak bisa dipungkiri, memang berada ditengah-tengah mereka yang sejiwa dengan kita itu menyenangkan. Tapi itu tak selamanya benar.
Mungkin kalian sekarang tak paham, mungkin kalian sekarang belum mengerti. Tapi suatu saat kalian akan mengetahui, bahwa hidup bukan hanya dinilai dari sisi seberapa monoton atau berwarna nya. Tapi dari kualitas dan bobot nya.
Ingatlah, masa depan kalian masih jauh disana. Citamu membumbung tinggi diangkasa. Tidakkah kalian kasihan, dia sedang menunggu? Menunggu kalian raih dan gapai. Tataplah, masih ada jalan yang terang, tidak semuanya hitam legam, lantas kenapa kalian memilih yang gelap seolah sudah kehabisan pilihan.
Ayolah generasi muda, Indonesia sedang menunggu kalian bangkit. Indonesia sedang menunggu kalian dimasa depan. Perjuangan bangsa ada dipundak kalian, kepada siapa lagi Indonesia bertamak dan berharap jika bukan pada para pemudanya?
Apakah selamanya kalian ingin menjadi budak dan babu?
Masa muda bukanlah sekedar masa untuk berfoya-foya. Bukan sekedar masa yang sambil lalu dilewatkan begitu saja. Masa muda adalah masa perjuangan, masa dari kanak menuju dewasa. Bukalah pikiran kalian. Rokok, minuman keras, kekayaan, semuanya takkan berharga. Perjuangan kalianlah yang akan sangat diharapkan dan dinantikan.
Untuk Indonesia, bangkitlah kawan!
Hamidah Izzatu Laily/Aku tahu, aku mendengar dan aku mengerti. Pasti mereka inginkan perubahan baik.Karena akulah bagian dari SMA
Hamidah Izzatu Laily/Aku tahu, aku mendengar dan aku mengerti. Pasti mereka inginkan perubahan baik.Karena akulah bagian dari SMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana menurut anda? What do you think?