20 Oktober 2012

Tangis bayi dalam gendong pengemis


Asap panas dan debu menyaksikan 
Asap panas dan debu memang buta tuli dan bisu
Tapi mereka benda mati yang lebih peka dari manusia
Mereka jauh lebih bisa merasakan kegetiran yang melengking lewat tangis bayi tak berdosa
Hendaknya matahari tak bersinar siang ini
Kehendaknya matahari mau bersembunyi
Namun iyakah itu bisa terjadi?
Dia hanya ingin bayi kecil itu berhenti merengek minta susu asi
Bayi itu kehausan ditengah kepul asap knalpot dan tampar panas aspal jalanan
Sayang ibunya tak mengeluarkan asi
Bayi itu kembali menangis lagi
Dia hendak menjeritkan pada seisi mayapada
Bahwa ia haus
Bahwa ia lelah
Bahwa ia sesak dalam gendong batik jogja merah pudar
Dia ingin berlari menuju kran dan meneguk berliter air
Hendak angin berhembus membelai ubun yang terpanggang
Namun apa daya angin hanya mengikuti alur alam.
Dia tak punya trek,
Jalurnya hanya dua, takdir dan kenyataan.
Bayi mungil kembali meraung, menjerit, dan airmata tak berharga satu sen pun
Tak pernah ia minta dilahirkan dan masuk dalam gendong pengemis miskin
Kalaulah boleh pesan, ia pasti memilih jadi bayi dalam mobil berkaca hitam pekat ber-AC nyaman
Yang dengan angkuh nya memberikan sedekah lewat sela kaca mobil
Ternyata hanya receh.
Bayi itu kembali menangis./20.10.2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? What do you think?