Beberapa
minggu yang lalu saya dan suami berkesempatan
melakukan perjalanan ke pulau sebrang, melalui jalur darat. Dari
kota Serang menuju ke Pelabuhan Merak, membutuhkan
waktu cukup singkat, kurang lebih satu jam. Kami
membeli tiket dengan biaya 15 ribu per orang untuk kapal
laut kelas ekonomi.
Perjalanan
menyeberang dari Merak ke Bakauheni tidak memakan waktu yang lama, kurang dari
3 jam saja. Kala perahu merapat di tepi daratan Lampung
Selatan, mata kami seketika berbinar-binar dan ada gembira
yang meletup-letup. Ini menjadi kali kedua bagi saya
menyeberang antar pulau menggunakan kapal laut, sebelumnya saya pernah menyeberang dari Jawa ke Bali, pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk.
Sangat indah. Tentu saja. Memandang lautan yang kehijauan dan langit yang biru, menyatu begitu padu.
Diiringi burung-burung camar yang terbang di sepanjang pantai. Juga segarnya
bakau yang berjajar dipinggir pulau pulau kecil. Hampir sempurna.
Tapi sungguh, tidak ada yang benar-benar sempurna. Sebab ini
dunia bukan surga. Di balik keindahan pemandangan yang memanjakan mata sepanjang
perjalanan, kami hampir lupa bahwa ada banyak pelajaran kehidupan yang berharga.
Kenyataannya, perjalanan
Merak Bakauheni tak seindah deskripsi para turis atau
pelancong dalam buku-buku
travelingnya. Sebab ada
peluh yang beradu dengan lelah dalam diri para sopir truk antar pulau itu. Setiap hari hidupnya berkutat pada aspal dan
laut. Ia seolah tak bisa mengelak, sebab itu bukan pilihan. Ada pula khawatir dalam
diri para penjaja pop mie dan rokok eceran di atas perahu.
Ada
ketakutan dalam diri para perantau yang hendak pulang ke kampung halamannya, sebab
gagal mendapat pekerjaan impian. Tak lupa, ada juga rindu diam-diam menyergap hati para karyawan kantoran
yang ngelaju tiap akhir minggu. Rindu bertemu keluarga, rindu memeluk orang tua,
istri, anak, atau bahkan cucu.
Semua beradu menjadi satu, di dalam perahu itu.
Dalam tatapan mata mereka, banyak kisah yang diam
tak bersuara. Hanya berlinang-linang seperti kerling air laut, tak hendak ke mana-mana. Foto di atas adalah sekelumit keindahan dari perjalanan beberapa waktu lalu. Tak untuk
ditafsirkan apa-apa. Tapi
percayalah banyak getir yang tidak tertangkap kamera, tapi dirasakan tiap-tiap
penumpang di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana menurut anda? What do you think?