24 Juli 2011

sabana hitam

Terkadang aku masih harus bersabar didalam semua ini
Tak adakah yang mengaku memesankan tiket hidup untukku?
Mengaku saja atau akan kupasung dirimu!
Sampai saat ini pun aku belum mengerti tentang hidup.
Dalam duka, luka, gelak tawa, tangis, jerit lara, bahagia, dan semuanya yang terkadang kurasa dan kuraba tiada guna.
Diminta hidup, lantas dimatikan.
Diminta bernafas, lantas dienyahkan.
Diminta berdetak, lantas dihentikan.
Hanyalah waktu dalam saksi bisu yang mengetahui samudera panjang yang kuarungi.
Tak kutemukan Tuhan atau kiblat dalam musyrik yang kadang membutakanku.
Membuatku menjadi kafir yang pandir agama dan tak tau ilmu.

Yang aku tau hanya berontak, marah, resah, gundah, dan selebihnya hanyalah sampah.
Aku menjadi ifrid dalam diriku sendiri.
Aku menciptakan dajjal yang belum pula lahir, dalam pikiranku sendiri.
Aku ingin marah, berontak, demo, dan anarki, tapi pada siapa?
Sementara DPR bukanlah gedung untuk mengadu tentang nasib, jalan hidup, problema, dan cinta.
Sementara Presiden bukanlah tempat dimintai pertanggung jawaban atas kelahiran.
Masih sama-kah yang samar dan yang terang?
Kurasa tak ada beda, sehingga menyulitkanku bergerak diatas panggung drama.
Menyulitanku menebak mana yang tanah, api, dan air nya?

24 februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? What do you think?