22 Februari 2012

benarkah ini cinta segitiga?

Bukankah cinta segitiga itu teramat biasa. Bahkan sebagian orang mengatakan itu sudah basi, dan bau tanah. Sudah biasa semua yang bertopik cinta segitiga. Cinta segitiga yang melibatkan orang ketiga, melibatkan sahabat atau bahkan melibatkan kakak kandung sendiri.
Aku sering memaki penulis yang melulu menyajikan alur cerita cinta segitiga. Namun kenapa kini, kala hal itu terjadi dalam hidupku dan kualami sendiri, ini sangat berbeda. Cinta segitiga tak semudah yang dibayangkan, tak pula sesederhana yang digambarkan. Kali ini aku merasakannya sendiri, sebuah cinta antara 3 manusia.
Bayangkan, ketika kau harus mengikhlaskan orang lain jatuh cinta pada orang yang ingin kau kuasai dan kau miliki sendiri. Benarkah keegoisan masih bisa menang dalam saat-saat seperti itu? Atau apakah prinsip “bahagia ketika melihatnya bahagia”, dan atau “cinta tak harus memiliki” masih berlaku? Benarkah semua teori itu masih layak pakai? Ku rasa tidak. Non sense. ___________

Aku masih meringkuk diatas ranjangku, membiarkan beberapa lembar kertas yang bercampur aduk menjadi satu dengan bantal, guling, juga bedcover merah jambu. Aku meraung dan berjerit dalam bisuku tengah malam ini. Aku kesakitan! Aku kesakitan sekali. Bukan aku kehabisan obat penenang atau membutuhkan narkoba, aku bukan pengguna NAPZA. Aku bukan pengguna drugs, namun rasa sakit ini lebih dari sekedar candu. Semua ini karena kejadian tadi sore, kala aku mendapatkan sepucuk surat dari gadis manis nan cantik, dia adik kelasku.

Bukan aku ingin jauh melangkahi mu, kakak. Bukan aku dengan sengaja ingin merusak semua hari-hari mu yang penuh bunga. Bukan aku lancang memporak-porandakan kasih sayang kalian. Namun sungguh aku tak sanggup lagi menahan dan memendam ini semua. Aku biarkan saja tanganku menuliskan surat ini, tanpa melarangnya sama sekali. Aku hanya melarangnya menuliskan kebohongan diatas kertas ini. Mungkin telah lama kakak dengar jika aku menaruh sesuatu perasaan yang berbeda pada kekasih kakak, dan dengan jujur kukatakan bahwa semua itu benar adanya. Aku memang mengagumi kekasihmu kak, dari sisi  manapun itu. Entah sikapnya, cara pandangnya, pemikirannya, dan semua tentangnya yang teramat sempurna. Bukankah kau juga memikirkan seperti apa yang kupikir ini kak? Kita kan mencintai pria yang sama. bedanya, kakak memilikinya, dan aku tidak. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan, hanya bisa membelainya lewat perantara angin. Sedangkan, kakak bisa melihat setiap lekuk wajahnya yang maha sempurna itu,  dari jarak satu senti bahkan lebih dekatpun bisa. Kakak bisa setiap hari mencium aroma parfum masculine nya, dan bahkan bisa memeluk dia erat tanpa pernah melepasnya. Tuhaaaaan, aku ingin menjerit. Aku cemburu sekali. Sangat-sangat cemburu dan iri. Kenapa kakak begitu beruntung? Sedang  aku, hanya bisa  menyalahkan takdir dan waktu. Kenapa waktu yang tidak lebih dulu mempertemukan ku dengannya?
Kakak mungkin akan berpikir aku teramat kurang ajar, berani berkata seperti ini, berani memuji kekasih mu kak, dengan berlebihan. Namun kurasa inilah yang terbaik yang harus kulakukan. Kupikir, akan lebih baik jika kakak mengetahui ini semua, daripada aku mengirimkan surat cintaku pada lelaki yang amat ku kagumi itu. Kak, aku mencintai kekasihmu. Dosakah aku? Kak, biarkanlah aku menyukainya, hanya menyukainya, aku janji takkan lebih. aku aneh, namun ini sungguh kenyataan! Aku memang gila, iya. Maafkan aku kak.

____________Semua kalimat gadis itu masih teringat dalam memori otakku. Bukan perasaan nya pada kekasih ku yang menjadikan aku semurung dan sesedih ini. Segalau dan sesakit ini. Bukan pula karena keberanian nya mengirim surat itu padaku. Tapi lebih pada apa yang ia rasakan, adalah sama seperti yang aku rasakan dulu.
Ya, aku mencintai pria lain, bukan kekasihku yang sekarang. Aku mencintai orang lain.
Dan benar gadis ini membangkitkan memoriku lagi.  Kembali menyadarkanku, bahwa aku tak pernah mencintai yang kini menjadi milikku. Sepertinya dia salah besar jika menebak aku berpikiran sama dengannya? Aku tak pernah merasa dia sempurna, karena dimataku, tak ada yang lebih sempurna dari cintaku yang lalu, yang mungkin masih tertunda itu. /hamidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? What do you think?