11 Februari 2014

Bahu Jalan

Lagi-lagi aku mengomentari benda benda mati yang membubuhkan bagian tubuh manusia sebagai kata penjelasnya.
Jika aku sempat menanyakan dimanakah letak leher langit jika ada yang biasa kita sebut kaki langit, kini aku menanyakan seberapa besar ukuran tubuh jalan raya, karena kemarin sore kala aku menunggu angkutan di pinggiran trotoar, aku mengamati bahu jalan yang nampak muram menyedihkan. 
Bahu jalan, dimana sampah-sampah menepi dari hembus laju bus kota yang tak pernah bisa santai.  
Bahu jalan, dimana aku berdiri menunggu motor-motor itu mau berbaik hati, memberi sedikit kesempatan pada ku untuk berpindah posisi ke sebrang jalan. 
Bahu jalan, rupanya juga tempat untuk bersandar sambil menangis pilu kala lelah hidup menghinggapi mu. 
Bahu jalan, mungkinkah bisa sama dengan bahu manusia?
Maukah ia menerima keluh, air mata, bahkan ingus kita?
Bahu jalan, semoga sebaik bahu-bahu manusia yang tulus menerima sandaran kawannya.
/Hamidah 10 Februari2014 Catatan perjalanan hari ini

3 komentar:

Bagaimana menurut anda? What do you think?