6 Agustus 2011

APOLOGIZE

Kata-kata yang seharusnya paling sering kita dengar jika kita memang benar-benar makhluk social dan benar-benar manusia bukan malaikat. Mahluk social yang senantian berinteraksi dan membutuhkan orang lain dalam hidupnya dan manusia biasa yang sering melakukan salah dan terselip khilaf dalam interaksi social tsb. MAAF. Itu adalah kata-kata yang ku maksud. Kata sesingkat itu, yang secara kasat mata jelas hanya terdiri dari 4 huruf, yang secara sederhana terdengar begitu mudah pelafalannya, nyatanya tak benar. MAAF bukan lagi terdiri dari 4 huruf atau satu kata saja kurasa. Bahkan buku setebal novel harry potter terjemahan yang terdiri dari berjuta kata belum tentu cukup untuk menggambarkan betapa beratnya kata MAAF.
MAAF, tak lagi mudah diucapkan didunia nyata. Benarkah itu?
Tanyakan pada dirimu sendiri. Masih ingatkah kamu saat tubuh mungilmu berpadu dengan bangku TK atau Sekolah Dasar, bukankah setiap melakukan salah kita selalu diajarkan untuk lekas meminta maaf? Entah itu hanya kesalahan kecil yang hampir mendekati tidak penting, kesalahan tidak sengaja, sampai kesalahan yang benar-benar kamu sengaja, atau bahkan itu justru kesalahan orang lain bukan salahmu, namun kamu perlu memulai kata itu agar hubungan kembali baik. Dengan mudah kamu menjabatkan tangan pada kawanmu, walau masih dengan cucuran air mata dipipi dan iringan isak tangis yang berlebih. Namun lekas kau melupakan itu, lekas kau menghapus yang telah terjadi tanpa ada dendam lalu kembali asik bermain, seolah semua tak pernah terjadi.
Namun kini, lihatlah ketika waktu telah merenggut masa kecil itu dan menggantikannya dengan masa remaja, masa dewasa, dan masa yang konon ‘katanya’ adalah masa dimana orang-orangnya sudah mengerti, benarkah? Kurasa tidak. Mengerti dalam konteks yang mana? Terkadang sepertinya kita memang harus kembali belajar pada masa kecil kita yang lugu dan polos. Kini mengucapkan kata itu seolah berat, kita terkubur oleh rasa gengsi, terbakar oleh rasa tak mau mengalah takutnya dianggap kalah, atau rasa-rasa egois lainnya yang membuat kata itu tak lagi mudah diucapkan. Mengucapkan MAAF bak melahirkan bayi kembar 4 sekaligus, terasa sangat berat. Apakah karena kita sudah deawasa, kita sudah mengerti, mengerti tentang gengsi dan malu maksudnya? Sudahkah gengsi dan malu benar-benar melekat dan sampai menguasai diri dan hidup kita? Apa karena sudah mati rasa hati kita akan kata maaf dan perdamaian?
Seharusnya kita sadar, telah salah kita tempatkan gengsi dan perasaan malu itu. Bukan pada tempatnya kita letakkan. Jangan pernah malu, jangan pernah takut harga dirimu akan hancur lebur saat kau memulai duluan mengucap kata MAAF, jangan pernah berfikir bahwa kau adalah si salah dan telah kalah karena telah lebih dulu mengacungkan tangan mengharap jabatan sembari mengatakan ”aku minta maaf.”
MAAF adalah kata-kata istimewa, bukan sembarang orang yang mampu mengucapkannya. Jadi sekali lagi jangan pernah takut, justru kau telah menang jika kau sudah berani mengucapkannya, justru kau lebih terlihat wibawa saat dengan rendah hati kau mau membuka pintu perdamaian. Dengan MAAF, semua akan terasa lebih ringan dan indah, mulailah dari sekarang!
Hamidah 5 Agustus 2011
21:09 i’m sorry God, im sorry all.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurut anda? What do you think?