6 Agustus 2011

Indonesia tak ubahnya sebuah PARIT

Ada yang bilang kalo aku musti buat tulisan tentang negeri ini. Oke, aku bakalan buat. Ah...tapi sebel, masak blog ku dikatain cinta2an mulu isinya, ya emang iya TAPI GAK SEMUA, tapi ya gimana orang itu yang keluar dari pikiran ku. Lagian aku juga lagi nggak mood mau bahas indonesia raya, apa nya yang mau dibahas syang...? Negeri doraemon yang kemana-mana ada kantongnya para koruptor? Negeri demokrasi yang didalangi oleh para pengusaha pencari keuntungan dari kebijakan pemerintah? Atau tentang sifat gotong royong dalam korupsi yang dimulai dari akar sampai batang?
Indonesia tak ubahnya sebuah parit.
Parit adalah tempat paling nyaman bagi tikus-tikus jalanan.
Parit adalah kandang istimewa bagi berkumpulnya tikus-tikus hitam. Dan parit adalah tempat paling aman bagi tikus untuk berinteraksi tentang kejadian sepanjang siang tadi di dapur orang. Parit adalah tempat mengumpulkan barang-barang curian, parit adalah tempat tidur paling empuk bagi tikus berekor panjang. Sangat menjijikkan! Itulah indonesia, parit tempat berkumpulnya para koruptor yang bersarang dengan aman, tidur dengan nyenyak, dan saling membahas juga memperbincangkan hasil curian berupa uang rakyat.
Sampai kapan Indonesia akan dijajah oleh Indonesian (orang Indonesia) sendiri? Sampai kapan nasib rakyat jelata akan dipermainkan dengan hom-pim-pa oleh pemimpinnya sendiri, yang dulu telah bersumpah demi Tuhan akan memerdekakan pendidikan, akan mengutuk kobodohan dan menghapuskan kemiskinan? Sampai kapan yang miskin akan kalah dan yang kaya akan menang? Sampai kapan yang rakyat akan dihukum penjara dan yang wakil rakyat akan dibiarkan melenggang jauh ke negeri sebrang? Sampai kapan rakyat akan dibodohi dengan drama para pemimpin nya?
Melihat politik dan kepemimpinan di Indonesia tak beda jauh dengan melihat telenovela, teater, drama, atau film india, semua terkesan seperti tiada habisnya, semua terlihat seperti sudah ada alurnya. Bedanya, politik Indonesia didominasi konflik dan tidak ada ending, sedangkan film-film tersebut masih memiliki jalan keluar dan pemecahan masalah.
Bukan tidak bisa, bukan tidak ada, semua pasti ada jalan keluarnya. Begitu juga dengan kasus korupsi yang sejak dulu telah mengusik dan memanggang telinga rakyat jelata. Dimanakah pemimpin kita yang dulu seolah berdiri dibarisan terdepan menyerukan kalimat ”KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI!”. kemana mereka semuanya? Sibuk mencari anggota partainya yang hilang ke negeri tetangga, atau sibuk menanggapi sms dan pesan singkat yang melecehkan nya?
Oh Tuhan, Indonesia benar-benar sedang krisis kepemimpinan. Kita memang berdiri sebagai negara merdeka, tapi kita belum pula merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Seperti ada ’penjajah-penjajah’ baru yang lebih kejam dari belanda dan jepang masa lalu. Kita memang tidak sedang diminta kerja rodi atau menyerahkan hasil bumi secara paksa, tapi justru lebih menyakitkan, kita seolah dilarang makan dan menahan lapar demi memenuhi hasrat pemimpin yang serakah dan rakus, demi mewujudkan keinginan istri dan anak pemimpin yang meminta mobil baru atau meminta liburan ke Los Angeles dan Paris. Gila!
Selamanya kita akan berada dibawah garis penindasan dan keterpurukan, hidup tanpa kemerdekaan yang riil dan hanya seolah-oleh meneriakkan kebebasan, melaksanakan peringatan proklamasi bohongan dan menaikkan bendera merah putih tanda kemerdekaan dengan penuh kepalsuan. Selamanya kita akan seperti itu, jika pemimpin tetap stagnan. Tidak ada pergerakan dan perubahan. Tidak ada usaha dan tindakan.
Lekas siapkan seribu peti mati untuk menidurkan jenazah koruptor laknat yang telah membunuh rakyat busung lapar secara perlahan. Lekas buka pintu penjara tanpa pikir panjang untuk orang-orang yang dengan biadab telah menyiksa generasi masa depan dengan membiarkan anak-anak jalanan terlantar tanpa pendidikan.
Tidak ada lagi pengecualian, sudah musnahkan tebang pilih hukuman, siapapun dia yang telah mengambil uang kami para rakyat jelata, silahkan di penggal.
Itu solusi untuk pemimpin bengal tak punya nurani seperti saat ini.
Indonesia, bukanlah parit lagi. jika tikus berdasi sudah masuk kepenjara jebakan keju, maka Indonesia akan berubah kembali menjadi zamrud kathulistiwa, pujian yang dulu pernah di dengung-degungkan dunia untuk memuji keindahan dan kekayaan Indonesia.
Tidak ada lagi kebodohan, tidak ada juga buta huruf. Habis sudah cerita tentang penyiksaan TKI di negara orang, mari kita ciptakan lapangan kerja di negri yang kaya ini. Jangan malah menjual hasil bumi dan sumber emas pada negeri lain. berhenti sudah cerita tentang nelayan Indonesia dengan perahu kayu nya yang selalu kalah dengan kapal pencuri milik luar negeri yang mengambil hasil laut kita. Dimana letak keadilan jika kekayaan milik sendiri saja sudah dikuasai asing? tidak ada lagi perbedaan antara yang kota dan yang pedalaman, semua sama, memiliki hak hidup yang sama tanpa peduli dengan gaun yang menutupi tubuhnya. Biar hanya sehelai daun yang membungkus tubuh itu, dia tetaplah manusia, yang telah disematkan dalam UUD 1945 bahwa segenap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama.

(terimakasih masukannya sodara!)

3 komentar:

  1. good esai.. :D
    tapi, Indonesia bukan cuma butuh komentar dan kritik-kritik saja nih...
    lets fight together to solve it!
    kita org Indonesia..
    kita yang memiliki Indonesia...
    dan seharusnyalah kita yang menyematkannya, sehingga tecipta Indonesia medeka nan berkenan di hati kebenaran dan keadilan Indonesia yang bertujuan makmur memakmurkan...

    kita sebagai kawula muda, kita yang beanggung jawab bersama.. :D


    tapi, nice post kok... keren bgt lah.. hehehe :D

    BalasHapus
  2. makasih ainunanta.
    tapi sekarang indonesia mmg benar2 butuh kritik kan..kalo di puji terus, sang pemimpin bisa2 nggak sadar kalo rakyatnya banyak yg kurang sejahtera. sekarang aja udah pada belagak tuli gitu..
    indonesia merdeka, atau indonesia (masih belum) merdeka?tanda tanya.

    BalasHapus
  3. hahaha... bner bgt...
    smoga negara kita bisa menjadi yang terbaik nantinya dan ever after.

    BalasHapus

Bagaimana menurut anda? What do you think?