29 Desember 2012

manipulasi.

bicara tentang ayah. itu basi
bicara tentang ibu. apalagi
kita hanya berlomba-lomba mencipta puisi dan merangkai sejuta kata sok suci dengan mendaftar kebaikan ibu setahun sekali, 22 desember kan?
semua sudah tau, hafal barangkali, kalau ibu mengandung sembilan bulan
itu sudah cukup!
kenapa harus diulang lagi. seperti kaset. seperti pertandingan bola. bosan! tak usah diulang
nyatanya tak sebutuh itu pada sosok yang kadang kau cibir dan maki dibalik pintu kamar.
bicara tentang adik. itu basi
bicara tentang kakak. apalagi
belagak baik hanya saat butuh meminjam selembar rupiah bergambar monyet mandi
kesehariannya yang kau peduli hanya teman sebangku dan takut dimusuhi juga takut tak diajak main kekantin.
bedebah.
bicara tentang kakek. itu basi
bicara tentang nenek. apalagi
hanya cerita anak SD yang terus di putar berkali-kali tentang setting waktu liburan sekolah dan latar tempat di desa yang sejuk nan asri.
kemudian kembali mengulang kata-kata "nenekku yang baik hati" secara lebay dan tak wajar.
nyatanya sama sekali mereka -sepasang tua renta yang membebani- itu tak masuk otakmu kala ini.
palsukah cintamu itu? semudah itukah mengatakan sayang kemudian berlalu? dimana letak kasih sayangmu? hanya untuk teman dan pacar kah? be-de-bah! kau anggap apa mereka, yang tiap waktu menyembulkan doa kemudian memukulkan kepalanya ketanah dan berurai air mata meminta dikumpulkan dengan mu disurga. sedang kau? asyik bercanda ria dengan teman dan menciptakan drama diluar sana, agar diakui ke-eksis-an nya!
keluargaku dahulu
banyak dari kita -para muda remaja- yang lebih menuhankan asas persahabatan dan juga menyembah kekasih cinta monyet yang gelantungan. boleh saja berhambur ke dunia mu diluar sana, tapi jangan biarkan dunia memanipulasi siapa kamu yang sesungguhnya. jadilah dirimu! jadilah kamu dan merdekalah diluar sana! tak perlu pura-pura,marah saja jika duniamu salah, jangan diam karena takut tak dibela. takutlah ketika membentak orangtua dan memaki saudara. merekalah yang sesungguhnya akan abadi bersama kita, bukan kawan, lawan, apalagi pacar. hash... kadang kita berlebihan. #pelajaran untukku dan kita /hamidah29des2012

13 komentar:

  1. kok saya kurang ngerti ini ya ? maaf, postingan anda menyalip otak saya $

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe inilah keindahan abstrak, ketika menciptakan pengetahuan sekaligus memunculkan kebingungan:D
      jadi, ini ceritanya nasihat buat anak muda yg sok baik hati sok sayang gitu sm keluarga, tp nyatanya yg paling ditakuti tuh kehilangan teman disekolah bkn kehilangan ayah, ibu atau sodaranya. begituuu:)

      Hapus
  2. nah ini nih betul bgt.. rada kesepet jg krn sadar ga sadar pernah kyk bgitu.. tapi paling sebel sih, sama orang yg lebih mentingin temen/pacar dibanding kluarga sendiri.. hfftt..

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh denu sudah berkunjung aja. sejoli:D
      yakan miriskan kl inget kita2 pernah gitu, aku juga ko:(

      Hapus
  3. begitupun saat seseorang berumah tangga, Mbak. seringkali keluarga dinomorsatukan, lalu mencari kekayaan kesejahteraan yang tak kunjung berhenti. tidak salah, malah bagus. cuma kalo di kampung sana sang ayahanda/ibunda dirundung ketidakberdayaan, itu yang salah. disini dituntut kedewasaan dalam bersikap, dan berpikir seperti apa yang Mbak tulis di atas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. seharusnya kalau sudah berkeluarga baru, jangan lupa keluarga lama :D benar sekali pak!

      Hapus
  4. kebanyakan anak jamn sekarang lebih suka menuhankan cinta daripada Allah
    I-Pub

    BalasHapus
  5. Makasih uda mampir, gantian skg saya yg mampir kemari.. :D

    BalasHapus
  6. Makjleb.
    Menyindir para anak -- termasuk saya -- yang sering mengaku sayang pada orang tua padahal nyatanya lebih sering mencurahkan kasih sayangnya pada yang lain, salah satunya pada artis kesayangan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha #jleb ya? ya maap:p
      gpp sih sayang laen2nya, yang penting batas normal aja bro :D yakan yakan?

      Hapus

Bagaimana menurut anda? What do you think?